Santri tentu
tidak pernah lepas dalam hal bersosialisasi satu sama lain. Karena santri hidup
pada satu lingkungan yang terdapat banyak orang, dimana keseharian mereka harus
membaur bersama. Tentu akan ada hal yang positif begitu juga hal negatif.
Tentunya terdapat nilai- nilai,sistem, tata cara,
ataupun norma tidak tertulis yang sudah menjadi budaya maupun tradisi
dikalangan santri .
Tetapi apa yang terjadi apabila nilai- nilai,sistem, tata cara, ataupun norma tidak tertulis tersebut disalahgunakan atau disalahartikan? Sebagai contoh yang sudah sangat melekat pada santri PMS dan merupakan contoh yang paling sederhana adalah tradisi budaya TELAT. Kenapa banyak yang menyebutnya "Budaya"?? seharusnya kita malu apabila ada orang berkata "Ah, dasar budaya telat!", padahal telat merupakan KEBIASAAN BURUK yang masih bisa kita ubah. Banyak santri yang berpikir bahwa "telat" itu biasa saja dan akibatnya menjadi sebuah rutinitas dalam kesehariannya. Hal seperti ini dapat merugikan diri kita sendiri dan tentunya santri lain. karena apa yang seseorang santri lakukan, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi santri lain di sekitarnya.
Kemudian contoh lainnya yang akan dibahas disini,
adalah rusaknya sistem pergaulan yang ada dikalangan santri saat ini.
Sering kali kita mendengar berita tentang merokok di asrama, berpacaran, LP (lompat pagar) dan perkelahian. Tentunya kita sudah tahu bahwa tidak sedikit santri yang melakukan hal itu dan bahkan hal itu sudah merupakan "hal biasa" bagi beberapa santri yang tidak mau berpikir kritis, padahal santri dipondokkan oleh orang tua nya agar bisa bersosialisasi di dalam masyarakat. Sebenarnya mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka melakukannya? Apa hal ini merupakan kesalahan guru yang tidak tegas dalam menanamkan nilai moral ? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga para santri itu terpengaruh santri lain yang suka melakukan berbuatan yang dzolim? Atau ada faktor lain?
Sering kali kita mendengar berita tentang merokok di asrama, berpacaran, LP (lompat pagar) dan perkelahian. Tentunya kita sudah tahu bahwa tidak sedikit santri yang melakukan hal itu dan bahkan hal itu sudah merupakan "hal biasa" bagi beberapa santri yang tidak mau berpikir kritis, padahal santri dipondokkan oleh orang tua nya agar bisa bersosialisasi di dalam masyarakat. Sebenarnya mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka melakukannya? Apa hal ini merupakan kesalahan guru yang tidak tegas dalam menanamkan nilai moral ? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga para santri itu terpengaruh santri lain yang suka melakukan berbuatan yang dzolim? Atau ada faktor lain?
Pada kesempatan
kali ini saya akan membahas kedalam tentang penindasan atau yang lebih dikenal
dengan istilah yang tidak lain adalah "BULLYING". Bullying merupakan
bentuk perilaku yang bersifat intens, menyakiti, mengancam, dan dilakukan
berulang-ulang. Bullying merupakan bentuk ketidakseimbangan, yaitu adanya
senior dan junior dalam usaha mendominasi kekuasaan di dalam suatu daerah,
misal penindasan suatu angkatan dengan angkatan di bawahnya dengan ancaman
ataupun kekerasan.
pondok merupakan tempat menuntut ilmu agama dan kalau di PMS ini pondok bukan hanya tempat untuk menuntut ilmu agama tetapi juga ilmu umum dan bersosialisasi. Di pondok, setiap santi akan menghadapi santri lain yang sebaya, lebih muda, dan yg lebih tua. Pondok merupakan tempat terjadinya sosialisasi antar individu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami santri satu dengan santri yang lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu dengan yang lain yang lalu diiringi dengan perkelahian, intimidasi, pemalakan, ancaman, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan santri kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan, penindasan, ancaman yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
pondok merupakan tempat menuntut ilmu agama dan kalau di PMS ini pondok bukan hanya tempat untuk menuntut ilmu agama tetapi juga ilmu umum dan bersosialisasi. Di pondok, setiap santi akan menghadapi santri lain yang sebaya, lebih muda, dan yg lebih tua. Pondok merupakan tempat terjadinya sosialisasi antar individu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami santri satu dengan santri yang lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu dengan yang lain yang lalu diiringi dengan perkelahian, intimidasi, pemalakan, ancaman, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan santri kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan, penindasan, ancaman yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun
Junior, Bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti
penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman dan pengucilan yang
biasanya terdapat di kamar maupun di kelas. Sering kita mendengar para santri
memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita
tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan
tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka
dipanggil dengan julukan seperti fisik: “gendut”, “gepeng”, maupun ejekan
karena perbedaan daerah atau nama orang tua dan lain-lain.
Apa penyebabnya?
1. Lingkungan yg tidak kondusif
Lingkungan yg tidak kondusif merupakan salah satu penyebab bullying dan penyimpangan terjadi karena lingkungan santri akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seorang santri. kekacauan dan perkelahian dalam penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan santripun menjadi sesuatu yang ditiru oleh santri dalam menyelesaikan masalah mereka. Begitu pula pada zaman sekarang banyak siaran media dan media elektronik yang menampilkan bermacam-macam bentuk kekerasan. Yang lebih berbahaya lagi jikalau Bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga santri.
2. Tradisi lanjutan
Adanya "warisan" dari senior maupun teman se-geng. Kepribadian kita mulai terbentuk saat remaja, hal inilah yang membuat kita suka "ikut-ikutan" dengan orang sekitar kita, apabila ada seorang teman yang menjahili bahkan melakukan kekerasan kepada temannya yang lain, tekadang kita melibatkan diri dengan cara yang salah, bukan melerai/ menasihati mereka malahan ikut menindas mereka. Ketika mendapat tindakan bullying dari senior, begitu kita yang menjadi senior akan ada keinginan untuk menindas junior kita, seperti yang terjadi di pms ini, dengan alasan yang sebenarnya tidak masuk akal "Karena saya juga dperlakukan seperti itu dulu!!" dan pada akhirnya malah ikut-ikutan menindas juniornya
3.
Ingin menunjukkan kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan karakter yang salah, kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melakukan tindakan tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga dirinya semakin ditakuti dan disegani oleh orang sekitarnya
4. Iri hati Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk melakukan bullying, ketika melihat orang lain yang lebih daripada dirinya, ia akan melakukan cara-cara yang bisa membuat saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya. Biasanya bullying yang terjadi akibat iri hati adalah bullying secara verbal dan bullying secara tidak langsung.
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan karakter yang salah, kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melakukan tindakan tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga dirinya semakin ditakuti dan disegani oleh orang sekitarnya
4. Iri hati Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk melakukan bullying, ketika melihat orang lain yang lebih daripada dirinya, ia akan melakukan cara-cara yang bisa membuat saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya. Biasanya bullying yang terjadi akibat iri hati adalah bullying secara verbal dan bullying secara tidak langsung.
Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita sebagai santri hilangkan hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi pelaku, dan juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita yang menjadi korban bullying. Jika sudah menjadi korban, jangan menjadi rendah diri ataupun takut, jadikan hal tersebut menjadi batu pijakan kedepannya dan jangan membalas dendam. Jika sudah menjadi pelaku, akui kesalahan , minta maaf pada korban, dan jangan mengulangi hal yang sama kedepannya. Jika hanya sebagai penonton ubah sikap pasif menjadi aktif, segera lapor kepada orang yang lebih tua ataupun guru, atau gagalkan niat pelaku dengan cara lain yang tersedia, jangan hanya pura-pura tidak tahu dan lega karena bukan dirinya yang kena bullying.
Jadilah santri yang berkepribadian yang baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, tanamkan nilai moral pada diri sendiri dan tunjukan moral tersebut pada masyarakat. Hapuskan sistem bullying yang terdapat pada pergaulan kita, dan bentuk karakter diri sendiri melalui panutan yang benar dan jadilah santri yang berguna bagi masyarakat di rumah kita masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar